Kenyataan bahwa ini liburan yang
memaksakan, sudah tersebar luas, karena backpacker amatir akan nekat pada
waktunya. Faktanya perjalanan ini bertujuan untuk bertemu rekan bisnis di
Jakarta, tepatnya di daerah Poris Indah, Tanggerang. Tapi, semuanya berubah semenjak Mukidi
menyerang. Kami (Gue dan Rian) memaksa liburan meski uang pas-pasan. Sambil
menyelam, minum susu. Kami dari Jambi
akan menemui anda di Jakarta.
Mata gue masih penuh dengan
belek, rambut gue acak-acakan, mirip Andika Kangen Band, gue dipaksa untuk bangun,
bersiap menuju jakarta. Ini masih jam 06:00 pagi dan gue dipaksa buat mandi
pagi, oh no, shit. Mau nggak mau gue terpaksa mandi, yang berujung sehabis
mandi, gue malah keliatan kayak kucing kecebur air. Mengigil culun.
Setelah selesai pakai baju,
lanjut cek tas dan segala barang bawaan, semuanya lengkap. Baju, handuk, sabun, sikat
gigi, garam, micin, bawang merah, cabe. Salah coeg, itu bumbu punya emak.
Sarapan jangan lupa, demi kestabilan badan.
“Tahunya 6, ayamnya 4, bungkus
nasinya 2.” Cukup nggak segitu buat makan dijalan ? Emak rian nanya ke kita
bedua.
“Itu buat apaan mak?” Gue bingung
“Ya buat makan dijalan, bontot.”
“Ini ada kripik juga, lasegarnya
ada 6, air minum sebotol penuh.” Emak rian terus menimpali.
Emang mau camping ? di atas badan
truk, pasang tenda. Secara gitu, kita udah gede, masa disuruh bawa bontot.
Spontan gue ngebayangin di perjalanan bawa-bawa kresek item, besar. Pas dirumah
makan, tempat biasa mobil berhenti, bukannya pesan makanan, malah buka bontot.
Sebagai backpacker yang elegan, gue rada gengsi. Asoy. Tapi, mau nggak mau demi
keamanan dan keberkahan dari orang tua, kita nurut aja, dari pada dikutuk jadi
kresek alfamart mending jadi kresek item.
Satu hal yang harus di pegang
teguh oleh seorang backpacker dan petarung jalanan, lebih tepatnya backpacker
amatiran seperti kita adalah ngirit. Ngirit seirit-iritnya coy. Kalo perlu
makan cukup sekali untuk sehari, selebihnya makan promag aja, biar kuat. Jangan
pernah membayangkan kalo perjalanan ini akan mudah, atau pergi dengan mobil
mewah seperti yang ada di dalam khayalan
kalian. Karena mobil mewah yang akan kami tumpangi hanya ada dalam persepsi
kami. Ingat pegangan yang gue beri tadi. Saatnya dipegang, dielus dikit.
Taaraaaa, inilah mobil mewahnya.
Kami menumpang sebuah truk fuso, yang membawa muatan. Muatannya adalah besi tua
yang akan dikirim menuju Lampung, beratnya sekitar 10 ton. Karena kita adalah
petarung jalanan, untuk hal yang seperti ini sudah biasa. Kita berangkat dari Jambi sekitar pukul 9 pagi, dengan lagu
dangdut yang terus mengalun, kami menikmati perjalanan.
Mobil yang kami tumpangi disupiri
oleh kak Samsul. Kita manggilnya lelek (lafal “E” pada ikan lele), sebutan
untuk kakak atau paman atau orang yang lebih tua dari kita dalam jawa.
“Lek, wes pirang tahun nyupir?”
gue mulai membuka obrolan, kalo yang nggak tau artinya, kira-kira aja sendiri.
“wes suwe, ono sekitar 10 tahun.”
Lek Samsul menjawab. Karena gue nggak begitu paham detail bahasa jawa,
percakapan di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia aja.
“Lama juga ya lek, gaji pokok per
bulannya berapa?”
“Gaji pokok per bulan ya kecil, cuma
600rb. Tapi, uang jalannya yang besar, makanya banyak yang masih mau jadi supir
ekspedisi.
Sepanjang perjalanan terus diisi
dengan obrolan-obrolan. Di dalam perjalanan, mobil kami konvoi dengan temannya
kak Samsul,namanya bang buyung, buyung upik. Tanpa di duga perjalanan yang
semula baik-baik saja, berubah menjadi sedikit apes, ban mobilnya bang buyung
pecah, sekitar pukul 3 sore, di palembang.
Dengan terpakasa kami berhenti
untuk memperbaiki ban mobil. Ini pertama kalinya untuk gue, mengganti ban
mobil, seukuran anak gajah. Semenjak perjalanan memasuki palembang, gerimis tak
kunjung reda dan yang harus lu tau, meski air membasahi aspal, tetap aja ban
yang akan dibuka terasa sangat panas. Ban bulat di goreng dadakan, masih
renyah.
Proses menambal ban berjalan dengan
lancar, akhirnya kami pun sampai ke Lampung untuk membongkar barang, sekitar 2
jam, tak ada rasa bosan disana, karena setiap jengkal pandangan adalah
keindahan laut. Perjalanan kami lanjutkan
untuk menuju pelabuhan Bakauheni, kita naik kapal tongkang khusus mobil
bermuatan besar, di pelabuhan yang baru di bangun.
Sepanjang pelabuhan sangat bersih,
rapi, keren pokoknya, kalo gue bilang, lebih keliatan kayak taman. Kalo ni
pelabuhan di angkut ke jambi, bakalan jadi tempat tongkrongan alay-alay.
“ Nomor antrian 26 pak.” Seorang
petugas memberikan kak Samsul karcis
“26, kira-kira jam berapa bisa
masuk kapalnya.” Kak Samsul bertanya
“Mungkin sekitar jam setengah 5,
kalo nggak habis mahgrib.” Jawab sang petugas
What ? jam setengah 5 baru masuk
kapal, ini baru jam 2 siang. Suntuk moment akan datang. Satu jam kita disana
bener-bener bersuntuk ria, nungging sana, nungging sini, toilet sana, toilet
sini, kita cobain. Toilet cewek juga.
“Dari pada suntuk, coba main ke Menara
Siger aja, tuh bangunannya yang kita lewati tadi.” Tiba-tiba kak Samsul memecah
kesunyian, sambil menunjuk bangunan berwarna kuning.
“Boleh juga, tapi kok malah
keliatan kayak rumah gadang?” gue membalas
Tanpa berfikir panjang gue dan
rian langsung menuju Siger, seperti backpacker lainnya, kita jalan kaki. Melihat
medan yang akan kami tapaki menanjak, mending naik ojek, cakep. Jadi Menara Siger
itu adalah menara yang juga menjadi titik nol Sumatra di selatan. Menurut
informasi yang gue baca, berdirinya Menara Siger mengawali pembangunan Jembatan
Selat Sunda (JSS) —penghubung Bakauheni—Merak. Menara Siger dibangun di atas
bukit sebelah barat Pelabuhan Bakauheni.
Siger itu sebenarnya mahkota
pengantin wanita Lampung yang berbentuk segitiga, berwarna emas dan biasanya
memiliki cabang atau lekuk berjumlah sembilan atau tujuh. Siger adalah benda
yang sangat umum di Lampung dan merupakan simbol khas daerah ini.
Total biaya : Rp 20.000,- Hanya untuk Rokok satu bungkus.
Whahaha di Lampung ya, menara siger. Gue anak Lampung nih. Alhamdulillah postingan tentang Lampungnya positif hehehe. Turut senang. Menara siger ini semacam simbol kalo naek kapal dari merak ke bakauheni. Kalo menara udah keliatan ya berati kapal udah deket pelabuhan.
ReplyDeleteAlhamdulillah juga alay2 lampung gak merambah nongkorng di pelabuhan. Merrka masih nyaman di fly over2 hehe. Mungkin takut dijorokin ke laut sama petugas dermaga.
Whaha itu istilah ban segede anak gajah hahaa. Seru banget kayaknya perjalanan backpackerannya
wah ada anak lampung nih. lampung keren kalo masalah pemandangan lautnya.
DeleteWah mantep sampe bela belain naek truk :D HAHAHAHA :) . Dulu gue pernah tinggal di lampung selama 2 tahun , mungkin itu karena gue masih kecil jadi belum ngerti apa apa tentang siger ini . Tapi sering banget gue liat dulu . Jadi kangen gue , mau ke Lampung lagi :(
ReplyDeletehaaha, untuk gue nggak naik mantan
Deletebusyeet jangan sampai mantan dinaikkin :D HA HA HA HA .
Deleteanggep aja jatah mantan
DeleteYaah kok naik didepan? Kirain dibelakang duduk sama besi.
ReplyDeleteEh kok pake bahasa jawa? Apa situ emang mirip2 jawa bahasanya?
nggak, si supirnya orang jawa. jadi kita ngobrolnya pake bahasa jawa.
Deletekapan kapan main ke serang gan banyak tempat wisata nya yang gk kalah menarik kok
ReplyDeletekeren dan kreatif artikel nya mas bro... hehe
ReplyDeletesalam dari Negeri 45
Itu pemandangan dari menara siger yang memghadap ke laut? Keren banget.
ReplyDeleteBeneran deh, kamu dan rian backpacker betulan. Jalan dari jambi ke bakauheuni aja naik truk fuso, bukan naik bus. Bahkan naik kapal pengangkut barang. Keren pengalamannya.
masih amatiran kak. haha ntar coba vespaan keliling indonesia.
DeleteWaduh-waduh.... Berani sekali lo bro, melakukan perjalanan sampe naik fuso gitu. Tapi, syukurlah orangnya juga baik. Kalo lo ke Riau, keknya agak susah, ya nyetopin Fuso. yg ada dicuekin. Atau bahkan ngeri mau ngajungin tangan. Ngebut kayak bajai mah, fuso di sini. :D
ReplyDeleteLampung emang keren, sih menurut gue. Soalnya banyak tempat yg dibaut view ke laut.. Jadi... Itulah nikmatnya punya daerah dekat dengan laut. Kalo soal laut, gue mah, dari kecil mancing aja di Laut. #anaklautmulaisongong XD
nyetopinnya pake lembaran merah bang, dijamin bakalan stop. gue anak sungai #anaklautketemuanaksungai
DeleteBenar-benar backpaker nih naik Fuso, bawa nasi dari rumah, cuma habis 20k buat beli rokok doang. Entar my trip my adventure pasti Abang yang ngehostin.
ReplyDeleteView dari menara sigernya bagus tuh. Pemandangan lautnya cantik pas banget buat foto-foto.
MTMA terlalu formal, gue pengen yang lebih menantang bro. biar makin gokil
DeleteKapan ya aku bisa jalan bebas gitu. Huhu. Aku selalu diberatin orang tua, mereka terlalu khawatir. Tapi yaaa aku juga ragu sih, berani begitu apa gak...
ReplyDeleteJadi bingung, dari jambi, ke jakarta, jadi ke lampung?
ReplyDeleteBtw kalo cowo numpang truk gitu si gamasalah, kalo aku yg numpang serem jugaaaaa. Ga pernah ke lampung nih, cuma tau unila jadinya wkwk sama way kambas? Eh? jangan2 salah?
kan ini part 1 kak, di part 2 baru sampai di Jakarta. Jangkrik boss aja ada part 1-nya, masa gue nggak.
Deletewahh ini namanya backpacker beneran, kira2 gimana rasanya bisa naik puso dari jambi ke lampung? ga capek? gw aja dari padang ke lampung capeknya luar biasa :))
ReplyDeletemampir ke lampung kok ga singgah dulu ke tempat gw di bandar lampung? siapa tau bisa kopdar dadakan :D xixixi
hahaha boleh juga bisa gue sambangi ntar kalo ada waktu untuk backpakeran lagi.
DeleteAnjirrr keren ini pengalamannya, dan bener-bener backpacker modal cuma rokok 20 rebu doang, Kalau gua yg jadi supir gua minta bantuin isi bensin, teteup ga mau rugi hahaha
ReplyDeletePemandangan di menara sigernya bagus, asal jangan ada cabe-cabean muka belang aja yang nangkring nanti keindahannya berkurang :(
hahaha cabe cabean kaga ada.
Deletebackpaker sejati itu emang begini... dengan low budget tapi punya tekat yang besar. hahaha, jiwa petualang itu tidak bisa dikalahkan dengan budget yang terbatas. untung ya, rokok belum naik harganya.. kalau udah jadi 50 ribu atau seratus ribu kan, biaya nya jadi nambah lagi
ReplyDelete