Wednesday, September 21, 2016

Lost In Jakarta Part 2 (Monas)


Sebelum kalian mempaca part 2 ini, ada baiknya untuk membaca part 1, agar lebih paham terhadap cerita. Lebih afdol. Mendadak Backpacker: Lost In Jakarta Part 1

..............................................................................................................................


Menyebrang, terbawa, terhempas oleh air laut, sepanjang perjalanan di atas kapal tongkang, gue hanya menatap langit, perlahan menghitam, mendung. Perjalanan di atas kapal sekitar 4 jam dan selama 4 jam itu gue tidur di ruangan khusus supir, karena di luar gerimis. Dingin, membeku.

Kapal akhirnya sampai di pelabuhan merak, pelabuhan ini juga khusus untuk mobil bermuatan, di sekitar pelabuhan tersaji pemandangan container-container. Kita stop di sini untuk bermalam. Bermesraan dengan kopi di malam seperti ini sangat enak, lu nggak akan pernah bisa nikmatin rasa kopi yang benar-benar membuat semangat seketika keluar.


Gimana nggak, ngopi ditempat yang belum pernah lu singgahi, kopi panas di tengah dinginnya malam, kembali menginggat, sedikit demi sedikit perjalanan yang telah di lalui, tak terasa sudah sejauh ini. Untungnnya gue nggak di cariin emak, main jauh-jauh bawa sendok.

Perjalanan kami lanjutkan pukul 3 pagi, suasananya masih sepi, Tol Merak terasa longgar. Karena kak Samsul akan memuat barang, jadi kita berdua memutuskan stop di depan pintu masuk Tol Balaraja. Kita nggak tau harus naik apa dan yang paling bodohnya kita nggak tau mau tidur dimana.

“Kalo mau bertanya sama orang, mending di warung-warung, pesen kopi atau beli rokok, baru tanya-tanya.” Petuah bapak Rian sebelum kami berangkat.

Oke, petuah itu akan gue jalankan.

“Pak, ada rokok Djarum Super?” Tanya gue seraya tersenyum ramah.

“Ada nih mas.” Si bapak mengeluarkan rokok dari dalam etalase, menyodorkannya ke gue. “18.500 mas.”

“Oh iya, ini pak uangnya” Gue membuka bungkusnya, menyalakan satu batang dan kembali bertanya. “Pak, kalo dari sini saya mau ke Poris Indah naik apa ya?”

“Poris Indah ya, tunggu aja di sini mas, naik metro mini jurusan Kalideres.” Si bapak menjelaskan. “Nah itu busnya, cepetan naik.” Suara lantang sang bapak, sambil menunjuk bus yang hendak memutar.

Kita ada di dalam bus yang nggak tahu arahnya kemana, Kalideres dimana, Poris indah dimana, kita nggak tau. Di tengah perjalanan gue mikir-mikir, kira-kira gue punya temen nggak di Tanggerang dan tanpa di sadari Tuhan membantu gue, memasukkan sebuah nama ke dalam fikiran gue. Tiba-tiba gue berteriak, oh iya. 

Gue punya temen yang lagi pelatihan kerja di Tanggerang, secepat kilat gue menghubungi dia dan katanya dia bisa untuk jemput gue dan Rian.

Akhirnya kami punya tempat untuk bermalam, di rumah temen gue.

“Mas-nya mau kemana?” Seorang bapak yang duduk disamping gue bertanya, ia sudah tua, matanya sayu, terlihat mengantuk.

“Rencananya ke Poris indah pak, tapi mau stop di Cipondoh dulu, kerumah temen.” Jawab gue.

“Lah Cipondoh itu mas baru aja kita lewatin.”

“Asem tenan.” Bisiki gue dalam hati.

Kami ngelewati Cipondoh, muka gue kaya orang bego, melihat kebelakang, menatap papan petunjuk arah. Benar Cipondoh sudah terlewat. Karena gue ragu untuk berteriak stop, bus terus melaju hingga sampai di terminal Kali Deres.

Sesampainya kita diterminal Kalideres, gue dan Rian mencoba survive. Kita jalan keluar terminal, menuju angkot yang berteriak Cipondoh. Nah ini ke Cipondoh, filling gue.

Di perjalanan dalam angkot, gue curiga, sebernarnya gue lagi ada di Jakarta atau di Medan. Supirnya orang Medan, kernetnya juga, penumpangnya juga. Jangan-jangan angkot ini setinggan, pake penumpang bayaran dari Medan. 

10 Menit berlalu gue dan Rian belum juga turun dari angkot, dan supir nggak nanya-nanya. Gue bilang ke kernet untuk berhenti di Cipondoh. 10 menit kemudian, kita di turunin nggak tau dimana.

Gue ngeliat ke beberapa spanduk-spanduk toko, yang biasanya ada alamatnya. Ternyata ini bukan Cipondoh, gue ngerasa kalo cipondoh udah kelewat jauh. Kita berdua jalan kaki untuk nanya ke satpam sebuah komplek pasar. Katanya Cipondoh sudah kelewat. Dengan terpaksa gue jalan lagi bareng Rian, bener-bener jalan kaki, karena kami nggak mau di kibulin lagi.

Perjalanan ke Cipondoh kami lanjutkan dengan jalan kaki. Kalo ada yang bertanya, kenapa nggak google maps aja ? kenapa nggak pake smartphonenya ? Yap, sejak kami turun di gerbang Tol Balaraja, Smartphone gue dan Rian mati, yang tersisa hanya Hp untuk telpon dan sms.

Sepanjang perjalanan kami terus melihat-lihat spanduk-spanduk toko untuk melihat alamat, sesekali bertanya kepada tukang sapu atau yang lainnya. Gue coba untuk menghubungi temen gue, katanya dia mendadak masuk kerja, mungkin sekitar jam 1 baru bisa jemput gue dan Rian.

Gue memutuskan untuk menantang diri sendiri, jadi gue ngajak Rian untuk nggak nanya lagi ke orang. Soalnya gue rada jengkel, tunjuk kesana, tunjuk kesitu, tapi nggak sampe-sampe. Mungkin ini adalah salam pembuka bagi yang baru pertama kali ke Jakarta. 

Gue dan Rian terus berjalan, gak terasa, ternyata jarak kita diturunin angkot, sama cipondoh yang sebenarnya, memakan waktu 1 jam perjalanan, iya, jalan kaki. Dari jam 12 kita jalan, sampai jam 1, gue dan Rian benar-benar lelah, dan kami memutuskan untuk menunggu di simpang 4 lampu merah, gue duduk di pinggir terotoar, nggak, gue nggak lagi ngemis.

Gue mencoba menghubungi temen gue lagi dan akhirnya bisa, kita bakalan dijemput. Gue memberikan seklias gambaran tentang lokasi dimana kami berada.

Sekitar 15 menit kami menunggu di simpang ini, bunyi yang nggak pernah hentinya terdengar adalah bunyi klakson, mau dari mobil atau pun motor. Kalo gue hitung dalam 1 detik kira-kira ada 4 bunyi klakson tanpa henti.

 Sepertinya kendaraan dan orang-orang disini melakukan suatu kolaborasi terhadap klakson mereka. Jangan-jangan mereka menyombongkan kalo kendaraan mereka punya klakson. Tiiin, tinnnn, tiiin. Klakson gue tuh baru beli dari jerman, ada sertifikat dari badan perklaksonan dunia.

Akhirnya kami bertemu dengan temen gue, namanya Ari. Kita di antar ke kosannya, sementara, dia kembali lagi ke kantor. Kosannya punya AC, kita numpang dapat kamar mewah.

Besoknya gue dan Rian memutuskan untuk mengunjungi Monas dan Kota tua, karena urusan Rian untuk bertemu patner bisnisnya sudah selesai tadi malam. Bareng Ari juga, kita nggak mau tersesat lagi, jadi harus bawa pemandu jalan.

Kita ke monas naik Udel (Sensor dari nama asli), salah satu taksi online yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Jadi, waktu itu Udel lagi ada promo gratis Rp.50.000 untuk user/akun pengguna yang baru. Karena namanya backpacker ya gini, kita cari yang murah.

Sebelum kami naik Udel, rian sudah menyiapkan 2 akun google yang baru di buat untuk di daftarkan Udel, agar mendapat gratisan dari kode promo. Ini pertama kalinya gue naik Udel dari Tanggerang menuju Monas.

Sepanjang perjalanan bersama Udel, gue ngerasain kenyamanan, karena sang supir ramah, dari hasil cerita-cerita bareng pak supir, gue mendapat kesimpulan kecil, kalo ternyata para driver Udel orang-orang kaya yang lagi nggak ada kerjaan, makanya gabung Udel untuk menyibukkan diri. Orang kaya gitu, di rumah ada supir, eh nggak ada kerjaan malah jadi supir taksi.

Pertama kalinya gue merasakan macetnya Jakarta, merasakan apa yang selama ini orang bilang tentang macetnya Jakarta, gue ngerasain. Panas, ngantuk, argo terus jalan, bisa-bisa tekor.


Macet

Temen gue Ari, mirip bang Heru arya, alisnya. Tulisanwortel.

              Akhirnya kita sampe ke Monas, ini pertama kalinya gue ngeliat Monas secara langsung dan perjalanan sendiri atau nggak bareng keluarga. Berdua bareng temen. Kesan gue taman Monas emang keren, dijaga baik, kalo untuk urusan sampah, kalo dari pengamatan gue, nggak ada sampah sembarangan di buang.

            Hanya cuaca panas aja, yang buat gue jadi meleleh. Banyak bule-bule sekseh-sekseh bro. pokoknya kalo mau kesini pas liburan aja, jadi banyak ketemu sama bule sexy, cuaca panas mata jadi adem.





       Sekitar beberapa jam disana, kita dapat telepon kalo kak Samsul sudah selesai memuat barang dan kita di suruh nyusul ke rest area tol Balaraja. Gagal untuk ke Kota tua, karena waktu nggak memadai, kita bertiga langsung pulang ke kosan.

        Kita bertiga masih naik Udel lagi, gratis, tis, tis. Gue dan Rian langsung pulang naik bus, menuju tempat kak Samsul untuk menuju Lampung dan liburan disana. Rencananya kita bakalan nginep di rumah Pakdenya Rian. Lampung we coming.


26 comments:

  1. Wah mantep nih lagi liburan ya ? Gue juga bulan juli kemaren , mampir maen ke MONAS . Tapi bersyukur deh lo , kesana nya gak pas bulan puasa , jadi bisa minum . Lah gue , waktu kesana pas bulan puasa , pas lagi panas panasna kota Jakarta , hemm ..

    Mau ke cipondoh pake metromini, tapi baru aja ngelewatin ? bhaak , nasib tuh nasib . Udah dapet angkot tau nya kelewatan lagi ? busyeet , miris amat cuma mau ke cipondoh .

    ReplyDelete
  2. Bener-bener backpacker lah ini, meskipun bukan di hutan atau alas, tapi tersesat di kota juga bikin lelah banget itu kayaknya.

    Haha kok bisa-bisanya itu sampai kelewatan dua kali sama daerah Cipondoh. Udah gitu smartphone kalian mati juga. Pasti ribet dan susah banget lah itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha gue juga sudah deg-degan nggak bakalan bisa pulang

      Delete
  3. Ini nih yang ane suka dari sebuah perjalanan.
    Kadang ada aja kendalanya, tapi dari situ kita bisa belajar.

    Bersyukur bang lo kesesatnya bareng temen, kalo sendirian biasanya bakal deg degan loh. Aku sering ngerasain soalnya wqwq.

    Btw nanti coba nge-lost di hutan juga yah..

    ReplyDelete
    Replies
    1. bisa di coba, rencannya gue mau ke madagascar, kalo punya duit hahaha

      Delete
  4. Ini nih yang ane suka dari sebuah perjalanan.
    Kadang ada aja kendalanya, tapi dari situ kita bisa belajar.

    Bersyukur bang lo kesesatnya bareng temen, kalo sendirian biasanya bakal deg degan loh. Aku sering ngerasain soalnya wqwq.

    Btw nanti coba nge-lost di hutan juga yah..

    ReplyDelete
  5. Wah backpaker yak?
    lain kali harus ada estimasi yang jelas gimana perjalanannya ya. Biar nggak nyasar, tetapi nyasar dalam perjalanan itu bonus yang nggak bakalan terlupakan.

    Aku kalau mau pergi ke suatu kota, harus memastikan ada bisa jadi tempat destinasi. Jadi harus ada orang yang dikenal, biar bisa dimintain tolong untuk jemput atau ditumpangi nginep. Tetapi hal ini nggak berlaku ketika rekreasi rame-rame.

    Aku belum pernah ke monas. Fotonya kok di luar monas mulu. Yang di dalam mana? Apa aja sih isi MONAS?

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha biar lebih menantang aja, memacu adrenalin

      Delete
  6. Hahahaha. Yey!!! Gue ada temen yang bisa naik alisnya juga... Salam buat Ari dari gue, ya Bro. Keknya kita kalo foto bareng bakalan keren, nih. :D

    Waduh... Gue salut banget, sih, sama orang yang berani backpakeran kek gini. Gak tau jalan, pokoknya modal berani aja. Gue dulu pernah nyoba kek gini, tapi karena sendiri rada rawan, sih. Kalo berdua lumayan. Ada yg diajak ngobrol. :D

    Tapi, alhamdulillah, ya. Bisa juga lihat Monas. Ya, meskipun gagal ke kota tua, mungkin lain kali bro.. Ikut capek bacanya. Seolah-olah ngerasain apa yg lo rasain. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. atau mungkin temen gue itu adik lu yang tertukar bang ? hahaha

      Delete
  7. Btw, gue mau nanya, emangnya di kapal itu ada supir ya? Bukannya nahkoda? :D

    Pantesan aja baru pertama kali ke Jakarta, bisa nyasar gitu. Aslinya, kalo di Jakarta itu lo gak bakalan nyasar lama. Kalo nyasar lama berarti lo baru pertama kali ke Jakarta. Jakarta itu gak luas-luas amat, jadinya, gak bakal sulit kalo lo kesasar, pasti gampang buat nemu jalan yang benarnya biar gak kesasar. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. gue kan di kapal khusus mobil expedisi bro, jadi ada kamar khsus untuk supir2 tidur, ah gue tidur disitu maksudnya

      Delete
  8. Jadi ingat tahun kemaren jalan² ke Monas sama keluarga..haha..

    ReplyDelete
  9. monass whee., ga sekalian hunting pokemon gaann?? katanya monas pokemn nya keren keren,. wkwwkwkaa

    ReplyDelete
  10. Keren banget ni ceritanya..
    Bener-bener backpackeran.. Ngak sampai masuk ke dalam tugu monasnya?

    ReplyDelete
  11. Oke, fix! Gue iri.
    Gue belum pernah maen ke monas walaupun hanya satu detik.

    Untuk foto yg mirip heru arya. Agaknya emang mirip deh. Mungkinkah mereka bersaudara?

    Satu lagi, foto lo kebanyakan. Bikin iri sekaligus loading lama. Wkwkw

    ReplyDelete
  12. Mantap bro , mainnya jauh . Gue main bola di lapangan aja udah di cariin emak :v

    ReplyDelete
  13. malu bertanya sesat dijalan :v tapi asiik tuh kalau bareng temen terus masih bisa balik ke rumah :D

    ReplyDelete
  14. terakhir gue ke cipondoh, ke poris indah sana 2 tahun yang lalu. hahaha, gue naik motor sih tapi kesana. Kalau monas mah sebagai ikon kota jakarta emang jadi daya tarik yang wajib buat dikunjungi. Tapi cipondoh sama monas sama, sama-sama puanasss

    ReplyDelete
  15. Kebanyakan orang beranggapan kalo ke Monas itu sudah sering banget, tapi buat gue, gue hanya bisa melihat monas melalui gambar di internet saja. Belum bisa melihat langsung , sungguh malangnya guee. Mungkin lo udah beruntung bisa pertama kalinya ke monas, dan gue entah kapan :(

    ReplyDelete
  16. Wkwkkw ceritanya seru dan konyol...

    ReplyDelete
  17. Mantap nih ceritanyaa (y)
    Bikin vlog juga asyik kayaknya ini (y)

    ReplyDelete
  18. heheh ngakak ane gan,,,jangan lupa cari pokemon gan di monassnya

    ReplyDelete

Berikanlah komentar atau kritik dengan baik dan sopan.
Terimakasih