Sebelum kalian mempaca part 2 ini, ada baiknya untuk membaca part 1, agar lebih paham terhadap cerita. Lebih afdol. Mendadak Backpacker: Lost In Jakarta Part 1
..............................................................................................................................
Menyebrang, terbawa, terhempas oleh
air laut, sepanjang perjalanan di atas kapal tongkang, gue hanya menatap
langit, perlahan menghitam, mendung. Perjalanan di atas kapal sekitar 4 jam dan
selama 4 jam itu gue tidur di ruangan khusus supir, karena di luar gerimis.
Dingin, membeku.
Kapal akhirnya sampai di pelabuhan
merak, pelabuhan ini juga khusus untuk mobil bermuatan, di sekitar pelabuhan
tersaji pemandangan container-container. Kita stop di sini untuk bermalam. Bermesraan dengan kopi di malam seperti ini sangat enak, lu nggak akan pernah bisa nikmatin
rasa kopi yang benar-benar membuat semangat seketika keluar.
Gimana nggak, ngopi ditempat yang
belum pernah lu singgahi, kopi panas di tengah dinginnya malam, kembali
menginggat, sedikit demi sedikit perjalanan yang telah di lalui, tak terasa sudah
sejauh ini. Untungnnya gue nggak di cariin emak, main jauh-jauh bawa sendok.
Perjalanan kami lanjutkan pukul 3
pagi, suasananya masih sepi, Tol Merak terasa longgar. Karena kak Samsul akan
memuat barang, jadi kita berdua memutuskan stop di depan pintu masuk Tol
Balaraja. Kita nggak tau harus naik apa dan yang paling bodohnya kita nggak tau
mau tidur dimana.
“Kalo mau bertanya sama orang,
mending di warung-warung, pesen kopi atau beli rokok, baru tanya-tanya.” Petuah
bapak Rian sebelum kami berangkat.
Oke, petuah itu akan gue jalankan.
“Pak, ada rokok Djarum Super?”
Tanya gue seraya tersenyum ramah.
“Ada nih mas.” Si bapak
mengeluarkan rokok dari dalam etalase, menyodorkannya ke gue. “18.500 mas.”
“Oh iya, ini pak uangnya” Gue
membuka bungkusnya, menyalakan satu batang dan kembali bertanya. “Pak, kalo
dari sini saya mau ke Poris Indah naik apa ya?”
“Poris Indah ya, tunggu aja di sini
mas, naik metro mini jurusan Kalideres.” Si bapak menjelaskan. “Nah itu busnya,
cepetan naik.” Suara lantang sang bapak, sambil menunjuk bus yang hendak memutar.
Kita ada di dalam bus yang nggak
tahu arahnya kemana, Kalideres dimana, Poris indah dimana, kita nggak tau. Di
tengah perjalanan gue mikir-mikir, kira-kira gue punya temen nggak di
Tanggerang dan tanpa di sadari Tuhan membantu gue, memasukkan sebuah nama
ke dalam fikiran gue. Tiba-tiba gue berteriak, oh iya.
Gue punya temen yang lagi pelatihan
kerja di Tanggerang, secepat kilat gue menghubungi dia dan katanya dia bisa untuk jemput gue dan Rian.
Akhirnya kami punya tempat untuk
bermalam, di rumah temen gue.
“Mas-nya mau kemana?” Seorang bapak
yang duduk disamping gue bertanya, ia sudah tua, matanya sayu, terlihat
mengantuk.
“Rencananya ke Poris indah pak,
tapi mau stop di Cipondoh dulu, kerumah temen.” Jawab gue.
“Lah Cipondoh itu mas baru aja kita
lewatin.”
“Asem tenan.” Bisiki gue dalam
hati.
Kami ngelewati Cipondoh, muka gue kaya orang bego, melihat kebelakang, menatap papan petunjuk arah. Benar Cipondoh sudah terlewat. Karena gue
ragu untuk berteriak stop, bus terus melaju hingga sampai di terminal Kali
Deres.
Sesampainya kita diterminal Kalideres,
gue dan Rian mencoba survive. Kita jalan keluar terminal, menuju angkot yang
berteriak Cipondoh. Nah ini ke Cipondoh, filling gue.
Di perjalanan dalam angkot, gue
curiga, sebernarnya gue lagi ada di Jakarta atau di Medan. Supirnya orang
Medan, kernetnya juga, penumpangnya juga. Jangan-jangan angkot ini setinggan,
pake penumpang bayaran dari Medan.
10 Menit berlalu gue dan Rian belum
juga turun dari angkot, dan supir nggak nanya-nanya. Gue bilang ke kernet untuk
berhenti di Cipondoh. 10 menit kemudian, kita di turunin nggak tau dimana.
Gue ngeliat ke beberapa
spanduk-spanduk toko, yang biasanya ada alamatnya. Ternyata ini bukan Cipondoh,
gue ngerasa kalo cipondoh udah kelewat jauh. Kita berdua jalan kaki untuk nanya
ke satpam sebuah komplek pasar. Katanya Cipondoh sudah kelewat. Dengan terpaksa
gue jalan lagi bareng Rian, bener-bener jalan kaki, karena kami nggak mau di
kibulin lagi.
Perjalanan ke Cipondoh kami
lanjutkan dengan jalan kaki. Kalo ada yang bertanya, kenapa nggak google maps
aja ? kenapa nggak pake smartphonenya ? Yap, sejak kami turun di gerbang Tol
Balaraja, Smartphone gue dan Rian mati, yang tersisa hanya Hp untuk telpon dan
sms.
Sepanjang perjalanan kami terus
melihat-lihat spanduk-spanduk toko untuk melihat alamat, sesekali bertanya
kepada tukang sapu atau yang lainnya. Gue coba untuk menghubungi temen gue,
katanya dia mendadak masuk kerja, mungkin sekitar jam 1 baru bisa jemput gue
dan Rian.
Gue memutuskan untuk menantang diri sendiri, jadi gue ngajak Rian untuk nggak nanya lagi ke orang. Soalnya gue rada jengkel, tunjuk kesana, tunjuk kesitu, tapi nggak sampe-sampe. Mungkin ini adalah salam pembuka bagi yang baru pertama kali ke Jakarta.
Gue dan Rian terus berjalan, gak
terasa, ternyata jarak kita diturunin angkot, sama cipondoh yang sebenarnya,
memakan waktu 1 jam perjalanan, iya, jalan kaki. Dari jam 12 kita jalan, sampai
jam 1, gue dan Rian benar-benar lelah, dan kami memutuskan untuk menunggu di
simpang 4 lampu merah, gue duduk di pinggir terotoar, nggak, gue nggak lagi
ngemis.
Gue mencoba menghubungi temen gue
lagi dan akhirnya bisa, kita bakalan dijemput. Gue memberikan seklias gambaran
tentang lokasi dimana kami berada.
Sekitar 15 menit kami menunggu di
simpang ini, bunyi yang nggak pernah hentinya terdengar adalah bunyi klakson,
mau dari mobil atau pun motor. Kalo gue hitung dalam 1 detik kira-kira ada 4
bunyi klakson tanpa henti.
Sepertinya kendaraan dan orang-orang disini
melakukan suatu kolaborasi terhadap klakson mereka. Jangan-jangan mereka
menyombongkan kalo kendaraan mereka punya klakson. Tiiin, tinnnn, tiiin.
Klakson gue tuh baru beli dari jerman, ada sertifikat dari badan perklaksonan
dunia.
Akhirnya kami bertemu dengan temen
gue, namanya Ari. Kita di antar ke kosannya, sementara, dia kembali lagi ke
kantor. Kosannya punya AC, kita numpang dapat kamar mewah.
Besoknya gue dan Rian memutuskan untuk mengunjungi Monas dan Kota tua,
karena urusan Rian untuk bertemu patner bisnisnya sudah selesai tadi malam. Bareng Ari juga, kita nggak mau tersesat lagi, jadi harus bawa pemandu jalan.
Kita ke monas naik Udel (Sensor
dari nama asli), salah satu taksi online yang ada di Jakarta dan sekitarnya.
Jadi, waktu itu Udel lagi ada promo gratis Rp.50.000 untuk user/akun pengguna
yang baru. Karena namanya backpacker ya gini, kita cari yang murah.
Sebelum kami naik Udel, rian sudah
menyiapkan 2 akun google yang baru di buat untuk di daftarkan Udel, agar
mendapat gratisan dari kode promo. Ini pertama kalinya gue naik Udel dari
Tanggerang menuju Monas.
Sepanjang perjalanan bersama Udel,
gue ngerasain kenyamanan, karena sang supir ramah, dari hasil cerita-cerita
bareng pak supir, gue mendapat kesimpulan kecil, kalo ternyata para driver Udel
orang-orang kaya yang lagi nggak ada kerjaan, makanya gabung Udel untuk
menyibukkan diri. Orang kaya gitu, di rumah ada supir, eh nggak ada kerjaan malah jadi supir taksi.
Pertama kalinya gue merasakan
macetnya Jakarta, merasakan apa yang selama ini orang bilang tentang macetnya
Jakarta, gue ngerasain. Panas, ngantuk, argo terus jalan, bisa-bisa tekor.
Macet
Temen gue Ari, mirip bang Heru arya, alisnya. Tulisanwortel.
Akhirnya kita sampe ke Monas, ini pertama kalinya gue ngeliat Monas secara langsung dan perjalanan sendiri atau nggak bareng keluarga. Berdua bareng temen. Kesan gue taman Monas emang keren, dijaga baik, kalo untuk urusan sampah, kalo dari pengamatan gue, nggak ada sampah sembarangan di buang.
Hanya cuaca panas aja, yang buat gue jadi meleleh. Banyak bule-bule sekseh-sekseh bro. pokoknya kalo mau kesini pas liburan aja, jadi banyak ketemu sama bule sexy, cuaca panas mata jadi adem.
Sekitar beberapa jam disana, kita dapat telepon kalo kak Samsul sudah selesai memuat barang dan kita di suruh nyusul ke rest area tol Balaraja. Gagal untuk ke Kota tua, karena waktu nggak memadai, kita bertiga langsung pulang ke kosan.
Kita bertiga masih naik Udel lagi, gratis, tis, tis. Gue dan Rian langsung pulang naik bus, menuju tempat kak Samsul untuk menuju Lampung dan liburan disana. Rencananya kita bakalan nginep di rumah Pakdenya Rian. Lampung we coming.
Hanya cuaca panas aja, yang buat gue jadi meleleh. Banyak bule-bule sekseh-sekseh bro. pokoknya kalo mau kesini pas liburan aja, jadi banyak ketemu sama bule sexy, cuaca panas mata jadi adem.
Sekitar beberapa jam disana, kita dapat telepon kalo kak Samsul sudah selesai memuat barang dan kita di suruh nyusul ke rest area tol Balaraja. Gagal untuk ke Kota tua, karena waktu nggak memadai, kita bertiga langsung pulang ke kosan.
Kita bertiga masih naik Udel lagi, gratis, tis, tis. Gue dan Rian langsung pulang naik bus, menuju tempat kak Samsul untuk menuju Lampung dan liburan disana. Rencananya kita bakalan nginep di rumah Pakdenya Rian. Lampung we coming.
Wah mantep nih lagi liburan ya ? Gue juga bulan juli kemaren , mampir maen ke MONAS . Tapi bersyukur deh lo , kesana nya gak pas bulan puasa , jadi bisa minum . Lah gue , waktu kesana pas bulan puasa , pas lagi panas panasna kota Jakarta , hemm ..
ReplyDeleteMau ke cipondoh pake metromini, tapi baru aja ngelewatin ? bhaak , nasib tuh nasib . Udah dapet angkot tau nya kelewatan lagi ? busyeet , miris amat cuma mau ke cipondoh .
haha,batal puasa coy, liat yang bening2
DeleteBener-bener backpacker lah ini, meskipun bukan di hutan atau alas, tapi tersesat di kota juga bikin lelah banget itu kayaknya.
ReplyDeleteHaha kok bisa-bisanya itu sampai kelewatan dua kali sama daerah Cipondoh. Udah gitu smartphone kalian mati juga. Pasti ribet dan susah banget lah itu.
haha gue juga sudah deg-degan nggak bakalan bisa pulang
DeleteIni nih yang ane suka dari sebuah perjalanan.
ReplyDeleteKadang ada aja kendalanya, tapi dari situ kita bisa belajar.
Bersyukur bang lo kesesatnya bareng temen, kalo sendirian biasanya bakal deg degan loh. Aku sering ngerasain soalnya wqwq.
Btw nanti coba nge-lost di hutan juga yah..
bisa di coba, rencannya gue mau ke madagascar, kalo punya duit hahaha
DeleteIni nih yang ane suka dari sebuah perjalanan.
ReplyDeleteKadang ada aja kendalanya, tapi dari situ kita bisa belajar.
Bersyukur bang lo kesesatnya bareng temen, kalo sendirian biasanya bakal deg degan loh. Aku sering ngerasain soalnya wqwq.
Btw nanti coba nge-lost di hutan juga yah..
Wah backpaker yak?
ReplyDeletelain kali harus ada estimasi yang jelas gimana perjalanannya ya. Biar nggak nyasar, tetapi nyasar dalam perjalanan itu bonus yang nggak bakalan terlupakan.
Aku kalau mau pergi ke suatu kota, harus memastikan ada bisa jadi tempat destinasi. Jadi harus ada orang yang dikenal, biar bisa dimintain tolong untuk jemput atau ditumpangi nginep. Tetapi hal ini nggak berlaku ketika rekreasi rame-rame.
Aku belum pernah ke monas. Fotonya kok di luar monas mulu. Yang di dalam mana? Apa aja sih isi MONAS?
haha biar lebih menantang aja, memacu adrenalin
DeleteHahahaha. Yey!!! Gue ada temen yang bisa naik alisnya juga... Salam buat Ari dari gue, ya Bro. Keknya kita kalo foto bareng bakalan keren, nih. :D
ReplyDeleteWaduh... Gue salut banget, sih, sama orang yang berani backpakeran kek gini. Gak tau jalan, pokoknya modal berani aja. Gue dulu pernah nyoba kek gini, tapi karena sendiri rada rawan, sih. Kalo berdua lumayan. Ada yg diajak ngobrol. :D
Tapi, alhamdulillah, ya. Bisa juga lihat Monas. Ya, meskipun gagal ke kota tua, mungkin lain kali bro.. Ikut capek bacanya. Seolah-olah ngerasain apa yg lo rasain. :D
atau mungkin temen gue itu adik lu yang tertukar bang ? hahaha
DeleteBtw, gue mau nanya, emangnya di kapal itu ada supir ya? Bukannya nahkoda? :D
ReplyDeletePantesan aja baru pertama kali ke Jakarta, bisa nyasar gitu. Aslinya, kalo di Jakarta itu lo gak bakalan nyasar lama. Kalo nyasar lama berarti lo baru pertama kali ke Jakarta. Jakarta itu gak luas-luas amat, jadinya, gak bakal sulit kalo lo kesasar, pasti gampang buat nemu jalan yang benarnya biar gak kesasar. :D
gue kan di kapal khusus mobil expedisi bro, jadi ada kamar khsus untuk supir2 tidur, ah gue tidur disitu maksudnya
DeleteJadi ingat tahun kemaren jalan² ke Monas sama keluarga..haha..
ReplyDeleteJadi pengen ke Monas
ReplyDeletemonass whee., ga sekalian hunting pokemon gaann?? katanya monas pokemn nya keren keren,. wkwwkwkaa
ReplyDeleteKeren banget ni ceritanya..
ReplyDeleteBener-bener backpackeran.. Ngak sampai masuk ke dalam tugu monasnya?
Oke, fix! Gue iri.
ReplyDeleteGue belum pernah maen ke monas walaupun hanya satu detik.
Untuk foto yg mirip heru arya. Agaknya emang mirip deh. Mungkinkah mereka bersaudara?
Satu lagi, foto lo kebanyakan. Bikin iri sekaligus loading lama. Wkwkw
Mantap bro , mainnya jauh . Gue main bola di lapangan aja udah di cariin emak :v
ReplyDeletemalu bertanya sesat dijalan :v tapi asiik tuh kalau bareng temen terus masih bisa balik ke rumah :D
ReplyDeleteterakhir gue ke cipondoh, ke poris indah sana 2 tahun yang lalu. hahaha, gue naik motor sih tapi kesana. Kalau monas mah sebagai ikon kota jakarta emang jadi daya tarik yang wajib buat dikunjungi. Tapi cipondoh sama monas sama, sama-sama puanasss
ReplyDeleteKebanyakan orang beranggapan kalo ke Monas itu sudah sering banget, tapi buat gue, gue hanya bisa melihat monas melalui gambar di internet saja. Belum bisa melihat langsung , sungguh malangnya guee. Mungkin lo udah beruntung bisa pertama kalinya ke monas, dan gue entah kapan :(
ReplyDeleteWkwkkw ceritanya seru dan konyol...
ReplyDeleteMantap nih ceritanyaa (y)
ReplyDeleteBikin vlog juga asyik kayaknya ini (y)
heheh ngakak ane gan,,,jangan lupa cari pokemon gan di monassnya
ReplyDeletesumpah keren2 gan
ReplyDelete